Kontrol Kebakaran di Dapur
Kebakaran di dapur adalah salah satu risiko rumah tangga yang paling umum dan berbahaya. Meskipun dapur adalah tempat kita menyiapkan makanan dan berkumpul dengan keluarga, di sana juga terdapat banyak bahan yang mudah terbakar serta sumber panas yang dapat memicu kebakaran. Mulai dari minyak yang terlalu panas, kompor yang lupa dimatikan, hingga peralatan listrik yang rusak, banyak faktor yang dapat menyebabkan api muncul dan menyebar dengan cepat.
Mengontrol kebakaran di dapur bukan hanya tentang mencegahnya, tetapi juga tentang tahu bagaimana merespons dengan cepat dan efektif jika kebakaran terjadi. Dalam blog ini, kita akan membahas berbagai cara untuk mengurangi risiko kebakaran di dapur, langkah-langkah yang harus diambil jika kebakaran terjadi, serta tips untuk memastikan dapur Anda tetap aman. Dengan pengetahuan dan persiapan yang tepat, kita dapat menjaga dapur tetap menjadi tempat yang aman dan menyenangkan bagi semua anggota keluarga.
b. Mengetahui komponen yang digunakan dalam membuat rangkaian kontrol kebakaran di dapur menggunakan Sensor Gas, Sensor Api, Sensor Vibration dan Sensor Pir.
Alat
Instrument

- Input voltage: ac 100~240v / dc 10~30v
- Output voltage: dc 1~35v
- Max. Input current: dc 14a
- Charging current: 0.1~10a
- Discharging current: 0.1~1.0a
- Balance current: 1.5a/cell max
- Max. Discharging power: 15w
- Max. Charging power: ac 100w / dc 250w
- Jenis batre yg didukung: life, lilon, lipo 1~6s, lihv 1-6s, pb 1-12s, nimh, cd 1-16s
- Ukuran: 126x115x49mm
- Berat: 460gr
.jpeg)

- Bi-Polar Transistor
- DC Current Gain (hFE) is 800 maximum
- Continuous Collector current (IC) is 100mA
- Emitter Base Voltage (VBE) is > 0.6V
- Base Current(IB) is 5mA maximum
Spesifikasi :
- Jangkauan spektrum : 760 - 1100 (nm)
- Sudut yang terdeteksi : 0° - 60°
- Catu Daya : 3,3V - 5,3V
- Temperatur Kerja : -25°C sampai 85°C
- Dimensi : 27,3 x 15,4 (mm
- Catu daya pemanas : 5V AC/DC
- Catu daya rangkaian : 5VDC
- Range pengukuran : 200 - 5000ppm untuk LPG, propane 300 - 5000ppm untuk butane 5000 - 20000ppm untuk methane 300 - 5000ppm untuk Hidrogen
- Keluaran : analog (perubahan tegangan.
Spesifikasi:
- Input Voltage: DC 4.5-20V
- Static current: 50uA
- Output signal: 0,3V (Output high when motion detected)
- Sentry Angle: 110 degree
- Sentry Distance: max 6/7 m
- Shunt for setting overide trigger: H - Yes, L - No
5. Sensor Suara

Prinsip kerja sensor suara bervariasi tergantung pada jenis sensor yang digunakan. Namun, secara umum, langkah-langkah berikut memberikan gambaran tentang cara kerja sensor suara:
- Penerimaan Gelombang Suara: Sensor suara menerima gelombang suara dari lingkungan sekitar. Gelombang suara ini dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk percakapan manusia, alat musik, atau suara alam.
- Konversi Menjadi Sinyal Listrik: Sensor suara mengubah gelombang suara menjadi sinyal listrik. Proses ini biasanya melibatkan perubahan tekanan atau getaran menjadi perubahan dalam tegangan listrik.
- Pemrosesan Sinyal: Sinyal listrik yang dihasilkan oleh sensor suara kemudian diproses menggunakan komponen elektronik, seperti amplifier dan filter, untuk memperoleh informasi yang berguna.
- Output atau Respons: Berdasarkan pemrosesan sinyal, sensor suara memberikan output yang dapat berupa aktivasi alarm, pencatatan suara, atau sinyal kontrol untuk perangkat lain dalam sistem.
ensor suhu pada dasarnya sangat bergantung kepada thermocouple atau RTD (Resistance Temperature Detectors) yang merupakan dua logam berbeda yang menghasilkan tegangan listrik yang berbanding lurus seiring dengan adanya perubahan suhu, perbandingan ini tentunya bergantung kepada jenis sensor tersebut.

Karena sensor suhu terdapat banyak jenisnya maka cara kerja tiap jenis sensor suhu pun berbeda
6) Logicstate
Tegangan LED menurut warna yang dihasilkan:
- Infra merah : 1,6 V.
- Merah : 1,8 V – 2,1 V.
- Oranye : 2,2 V.
- Kuning : 2,4 V.
- Hijau : 2,6 V.
- Biru : 3,0 V – 3,5 V.
- Putih : 3,0 – 3,6 V.
- Ultraviolet : 3,5 V.

- Konfigurasi pin Relay dihubungkan ke 5V
- GND dihubungkan ke GND
- IN1/Data dihubungkan ke pin 2

4. Dasar Teori[Kembali]
1. Battery
Baterai atau elemen kering adalah salah satu alat listrik yang berfungsi sebagai penyimpan energi listrik dan mengeluarkan tegangan dalam bentuk listrik (sebagai sumber tegangan). Simbol baterai pada suatu rangkaian listrik dengan tegangan DC atau rangkaian elektronika :
Pada umumnya baterai terdiri dari tiga komponen yang penting yaitu :
1. Batang karbon (C) sebagai anode (kutub positif baterai).
2. Seng (Zn) sebagai katode (kutub negatif baterai)
3. Amonium dioksida (NH4CI) sebagai larutan elektrolit (penghantar)
Terdapat dua jenis baterai yaitu :
1. Baterai Primer
Baterai adalah baterai yang hanya dapat digunakan sekali, menggunakan reaksi kimia yang tidak dapat dibalik (irreversible reaction). pada umumnya dijual adalah baterai yang bertegangan listrik 1,5 volt.
2. Baterai Sekunder
Baterai sekunder atau biasanya disebut rechargeable battery adalah baterai yang dapat di isi ulang menggunakan reaksi kimia yang bersifat dapat dibalik (reversible reaction) biasanya digunakan pada telepon genggam.
Adapun salah satu persamaan menghitung tegangan adalah :
P = V x I
Keterangan :
P = Daya (W)
V = Tegangan yang terukur (V)
I = Arus yang terukur (I)
2. Sensor Flame
Salah satu detektor yang memiliki fungsi terpenting adalah detektor api atau yang biasa disebut dengan Flame Detector yang mampu mengaktifkan alarm bila mendeteksi adanya percikan api yang berisiko menyebabkan bencana kebakaran. Namun, saat memilih Flame Detector, pengguna diharuskan telah benar-benar paham atas prinsip dari alat detektor tersebut dan meninjaunya demi mendapatkan Flame Detector yang sesuai dengan aktivitas di dalam lokasi dan tingkat kebutuhannya, serta bagaimana konsekuensi risiko yang mungkin terjadi.
Prinsip Flame Detektor tersebut menggunakan metode optik yang bekerja seperti UV (ultraviolet) dan IR (infrared), pencitraan visual api, serta spektroskopi yang berfungsi untuk mengidentifikasi percikan api atau flame. Reaksi intens bahan yang memicu kebakaran dapat ditandai dari UV, terlihatnya emisi karbondioksida, dan radiasi dari infrared. Flame Detector juga mampu membedakan antara False Alarm atau peringatan palsu dengan api kebakaran sungguhan melalui komponen sistem yang dirancang dengan fungsi mendeteksi adanya penyerapan cahaya yang terjadi pada gelombang tertentu.
Tingkat potensi risiko kebakaran dari setiap jenis bahan semakin meluas mengingat semakin canggihnya teknologi penginderaan api atau teknologi Flame Sensing. Pada umumnya bahan bakar industri yang tergolong mudah terbakar antara lain: bensin, hidrogen, belerang, alkohol, LNG/LPG, minyak tanah, kertas, disel, kayu, jet bahan bakar, tekstil, ethylene, dan pelarut.
3. Sensor Gas mq2
Sensor MQ-2 juga merupakan hasil produksi Hanwai Electronics. Material sensitif dari sensor gas ini terbuat dari bahan semikonduktor SnO2 yang memiliki konduktivitas lebih rendah ketika berada pada medium udara bersih. Ketika gas target terdeteksi (metan) konduktivitas sensor akan meningkat sebanding dengan peningkatan konsentrasi gas polutan. Sensor jenis ini adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi konsentrasi gas yang mudah terbakar di udara serta asap dan output membaca sebagai tegangan analog. Sensor ini dapat langsung diatur sensitifitasnya dengan memutar trimpotnya.
Sensor ini biasa digunakan untuk mendeteksi kebocoran gas baik di rumah maupun di industri. Gas yang dapat dideteksi diantaranya : LPG, i-butane, propane, methane , alcohol, Hydrogen, smoke. Sensor ini sangat cocok di gunakan untuk alat emergensi sebagai deteksi gas-gas, seperti deteksi kebocoran gas, deteksi asap untuk pencegahan kebakaran dan lain lain.
4. Sensor PIR
Sensor PIR atau disebut juga dengan Passive Infra Red merupakan sensor yang digunakan untuk mendeteksi adanya pancaran sinar infra merah dari suatu object. Sesuai dengan namanya sensor PIR bersifat pasif, yang berarti sensor ini tidak memancarkan sinar infra merah melainkan hanya dapat menerima radiasi sinar infra merah dari luar. Sensor PIR terdiri dari beberapa bagian yaitu :
- Fresnel Lens -->Lensa Fresnel pertama kali digunakan pada tahun 1980an. Digunakan sebagai lensa yang memfokuskan sinar pada lampu mercusuar. Penggunaan paling luas pada lensa Fresnel adalah pada lampu depan mobil, di mana mereka membiarkan berkas parallel secara kasar dari pemantul parabola dibentuk untuk memenuhi persyaratan pola sorotan utama.
- IR Filter -->IR Filter dimodul sensor PIR ini mampu menyaring panjang gelombang sinar infrared pasif antara 8 sampai 14 mikrometer, sehingga panjang gelombang yang dihasilkan dari tubuh manusia yang berkisar antara 9 sampai 10 mikrometer ini saja yang dapat dideteksi oleh sensor. Sehingga Sensor PIR hanya bereaksi pada tubuh manusia saja.
- Pyroelectric Sensor -->Seperti tubuh manusia yang memiliki suhu tubuh kira-kira 32 derajat celcius, yang merupakan suhu panas yang khas yang terdapat pada lingkungan. Pancaran sinar inframerah inilah yang kemudian ditangkap oleh Pyroelectric sensor yang merupakan inti dari sensor PIR ini sehingga menyebabkan Pyroelectic sensor yang terdiri dari galium nitrida, caesium nitrat dan litium tantalate menghasilkan arus listrik.
- Amplifier -->Sebuah sirkuit amplifier yang ada menguatkan arus yang masuk pada material pyroelectric.
- Komparator-->Setelah dikuatkan oleh amplifier kemudian arus dibandingkan oleh komparator sehingga mengahasilkan output.
Sensor suara adalah sebuah alat yang mampu mengubah gelombang Sinusioda suara menjadi gelombang sinus energi listrik (Alternating Sinusioda Electric Current). Sensor suara bekerja berdasarkan besar kecilnya kekuatan gelombang suara yang mengenai membran sensor yang menyebabkan bergeraknya membran sensor yang juga terdapat sebuah kumparan kecil di balik membran tersebut naik dan turun. Kecepatan gerak kumparan tersebut menentukan kuat lemahnya gelombang listrik yang dihasilkannya.
Sensor suara adalah sensor yang mampu mengubah besaran suara menjadi besaran listrik. Komponen yang terdapat di dalam sensor ini adalah electric condenser microphone atau mic kondenser.. Mic adalah komponen elektronika dimana cara kerjanya yaitu membran yang digetarkan oleh gelombang suara akan menghasilkan sinyal listrik.
Microphone dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis dasar termasuk dinamis, elektrostatik dan piezoelektrik menurut sistem konversi mereka. Mikrofon dinamis masih memiliki tuntutan besar terutama di dunia musik, sementara mikrofon piezoelektrik secara luas digunakan terutama untuk mikrofon untuk meter rendah tingkat frekuensi suara. Mikrofon dinamis masih memiliki tuntutan besar terutama di dunia musik, sementara mikrofon piezoelektrik Digunakan secara luas terutama untuk mikrofon untuk meter rendah tingkat frekuensi suara. Untuk pengukuran, tipe elektrostatik (kondensor) mikrofon yang paling populer karena mereka dapat dirampingkan, memiliki respon frekuensi rata selama rentang frekuensi yang luas, dan menyediakan nyata stabilitas yang tinggi
Resistor merupakan komponen elektronik yang memiliki dua pin dan didesain untuk mengatur tegangan listrik dan arus listrik. Resistor mempunyai nilai resistansi (tahanan) tertentu yang dapat memproduksi tegangan listrik di antara kedua pin dimana nilai tegangan terhadap resistansi tersebut berbanding lurus dengan arus yang mengalir, berdasarkan persamaan hukum Ohm:
Resistor digunakan sebagai bagian dari rangkaian elektronik dan sirkuit elektronik, dan merupakan salah satu komponen yang paling sering digunakan. Resistor dapat dibuat dari bermacam-macam komponen dan film, bahkan kawat resistansi (kawat yang dibuat dari paduan resistivitas tinggi seperti nikel-kromium).
Karakteristik utama dari resistor adalah resistansinya dan daya listrik yang dapat dihantarkan. Karakteristik lain termasuk koefisien suhu, derau listrik (noise), dan induktansi. Resistor dapat diintegrasikan kedalam sirkuit hibrida dan papan sirkuit cetak, bahkan sirkuit terpadu. Ukuran dan letak kaki bergantung pada desain sirkuit, kebutuhan daya resistor harus cukup dan disesuaikan dengan kebutuhan arus rangkaian agar tidak terbakar.
Sebagian besar resistor yang kamu lihat akan memiliki empat pita berwarna . Begini cara mereka membacanya :
1. Dua pita pertama menentukan nilai dari resistansi
2. Pita ketiga menentukan faktor pengali, yang akan memberikan nilai resistansi.
3. Dan terakhir, pita keempat menentukan nilai toleransi.
7. Transistor NPN
Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung arus (switching), stabilisasi tegangan, dan modulasi sinyal. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, di mana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya.
Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal, yaitu Basis (B), Emitor (E) dan Kolektor (C).
1. Emitor (E) memiliki fungsi untuk menghasilkan elektron atau muatan negatif.
2. Kolektor (C) berperan sebagai saluran bagi muatan negatif untuk keluar dari dalam transistor.
3. Basis (B) berguna untuk mengatur arah gerak muatan negatif yang keluar dari transistor melalui kolektor.
Tegangan yang di satu terminalnya misalnya Emitor dapat dipakai untuk mengatur arus dan tegangan yang lebih besar daripada arus input Basis, yaitu pada keluaran tegangan dan arus output Kolektor.
Transistor merupakan komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik modern. Dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil (stabilisator) dan penguat sinyal radio. Dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi. Beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate, memori dan fungsi rangkaian-rangkaian lainnya. Bias pada transistor adalah tegangan atau arus yang diberikan untuk mengatur titik kerja transistor. Berikut ini adalah beberapa jenis bias pada transistor yang umum digunakan:
1) Fixed Bias
2) Self Bias
Self bias, atau juga dikenal sebagai emitter bias atau bias sendiri, adalah suatu metode untuk mengatur tegangan basis-emitor (V_BE) dalam sebuah transistor menggunakan resistor yang terhubung dari emitter ke ground. Metode ini menggunakan resistor emitter untuk menciptakan tegangan bias yang stabil tanpa memerlukan sumber tegangan eksternal tambahan.
Berikut adalah prinsip kerja self bias:
• Resistor Emitter (Re): Sebuah resistor (Re) terhubung antara emitter transistor dan ground. Resistor ini memastikan bahwa ada tegangan yang stabil yang dibentuk di sepanjang sirkuit emitter.
• Arus Basis (I_B): Arus basis yang mengalir ke transistor menimbulkan tegangan jatuh pada resistor emitter (Re) sesuai dengan hukum Ohm (V_Re = I_B * Re).
• Tegangan Basis-Emitor (V_BE): Tegangan V_BE yang dibutuhkan untuk mengaktifkan transistor secara proporsional terhadap arus basis dihasilkan oleh tegangan jatuh pada resistor emitter Re.
Keuntungan dari self bias termasuk kestabilan yang lebih baik terhadap variasi transistor, karena tegangan V_BE tergantung pada arus emitter yang lebih stabil daripada arus basis yang mungkin bervariasi. Namun, self bias juga memiliki beberapa kelemahan, seperti kurangnya fleksibilitas dalam mengatur titik kerja (bias point) transistor dan potensi pemborosan daya karena tegangan jatuh pada resistor emitter.
3) Bias Pembagi Tegangan (Voltage Divider Bias)
Bias pembagi tegangan adalah salah satu metode bias yang paling sering digunakan untuk transistor karena menawarkan stabilitas yang lebih baik dibandingkan metode bias basis-tetap. Pada konfigurasi ini, dua resistor, biasanya disebut dan , dihubungkan secara seri antara sumber tegangan positif (Vcc) dan ground. Titik tengah dari pembagi tegangan ini memberikan tegangan bias yang stabil ke basis transistor.
Cara kerjanya adalah sebagai berikut: Tegangan dari sumber (Vcc) dibagi oleh dua resistor, sehingga tegangan yang diterapkan ke basis transistor (Vb) menjadi hasil pembagian tersebut. Dengan memilih nilai resistor yang tepat, tegangan bias basis (Vb) dapat diatur sedemikian rupa untuk mencapai titik kerja yang diinginkan pada transistor. Keuntungan utama dari metode ini adalah kemampuannya untuk menjaga arus basis tetap konstan meskipun terjadi variasi dalam nilai beta (β) transistor atau perubahan suhu. Hal ini karena tegangan yang diterapkan ke basis tidak secara langsung bergantung pada arus basis, melainkan pada rasio resistor dalam pembagi tegangan.
Dalam konfigurasi ini, resistor emitter () sering ditambahkan untuk meningkatkan stabilitas lebih lanjut. Resistor emitter menyebabkan tegangan bias pada emitter (Ve) menjadi lebih stabil terhadap perubahan arus kolektor (Ic), karena tegangan pada emitter adalah produk dari arus emitter dan nilai resistor emitter (). Dengan demikian, arus basis (Ib), yang merupakan selisih antara arus emitter dan arus kolektor (karena ), tetap stabil.
Secara keseluruhan, bias pembagi tegangan adalah metode yang sangat andal untuk mempertahankan stabilitas titik kerja transistor, membuatnya menjadi pilihan yang populer dalam desain rangkaian elektronik yang membutuhkan kinerja yang konsisten dan stabil.
4) Bias Emitator-Terhubung Langsung (Direct Coupled Emitter Bias)
Bias emitter-terhubung langsung adalah metode bias yang digunakan dalam konfigurasi pasangan langsung (direct-coupled). Pada konfigurasi ini, emitor satu transistor dihubungkan langsung ke basis transistor berikutnya, tanpa menggunakan kapasitor kopling. Metode ini sering digunakan dalam penguat diferensial dan beberapa rangkaian logika.
Dalam bias emitter-terhubung langsung, transistor pertama memberikan sinyal output yang diumpankan langsung ke transistor kedua. Ini berarti tegangan emitor transistor pertama menjadi tegangan basis transistor kedua. Karena emitor dan basis transistor berikutnya terhubung langsung, tegangan bias yang diterapkan ke transistor kedua sangat bergantung pada tegangan emitor transistor pertama.
Keuntungan utama dari metode ini adalah pengurangan jumlah komponen dalam rangkaian, karena tidak memerlukan kapasitor kopling antara transistor. Selain itu, konfigurasi ini dapat membantu mengurangi distorsi sinyal dan meningkatkan respon frekuensi rangkaian. Namun, penghilangan kapasitor kopling juga berarti bahwa perubahan dalam arus atau tegangan pada satu transistor dapat langsung mempengaruhi transistor berikutnya, sehingga analisis dan desain rangkaian ini bisa lebih kompleks.
Bias emitter-terhubung langsung juga memiliki keuntungan dalam stabilitas suhu, karena tegangan emitor cenderung berubah mengikuti tegangan basis, menjaga hubungan tegangan basis-emitor (Vbe) konstan. Ini membantu menjaga titik kerja transistor tetap stabil meskipun ada perubahan suhu atau variasi dalam karakteristik transistor.
Secara keseluruhan, bias emitter-terhubung langsung adalah metode yang efisien dan stabil untuk menghubungkan beberapa transistor dalam satu rangkaian, memungkinkan transfer sinyal langsung tanpa distorsi yang signifikan dan dengan respon frekuensi yang baik. Namun, desain dan analisis rangkaian ini memerlukan perhatian khusus untuk memastikan bahwa setiap transistor beroperasi dalam kondisi yang diinginkan dan bahwa perubahan dalam satu bagian dari rangkaian tidak menyebabkan ketidakstabilan dalam bagian lainnya.
5) Bias Pengikut Emitter (Emitter Follower Bias)
Bias pengikut emitter, juga dikenal sebagai konfigurasi emitter follower, adalah salah satu metode bias transistor yang sering digunakan dalam rangkaian elektronik. Dalam konfigurasi ini, tegangan bias diterapkan ke basis transistor, dan emitor dihubungkan langsung ke beban. Pada dasarnya, emitor "mengikuti" tegangan basis tetapi dengan penurunan tegangan sebesar tegangan basis-emitor (Vbe), yang biasanya sekitar 0,7 volt untuk transistor silikon.
Konfigurasi pengikut emitter memiliki beberapa keunggulan yang membuatnya populer dalam berbagai aplikasi. Salah satu keunggulan utamanya adalah impedansi input yang tinggi dan impedansi output yang rendah. Ini membuatnya sangat cocok untuk digunakan sebagai buffer, yang dapat mengisolasi tahap input dari tahap output tanpa mengganggu sinyal.
Keuntungan lain dari bias pengikut emitter adalah stabilitasnya terhadap perubahan beta (β) transistor dan variasi suhu. Karena arus emitor adalah hasil dari arus basis yang diperkuat dengan faktor beta, dan karena emitor terhubung ke beban, variasi kecil dalam arus basis tidak secara signifikan mempengaruhi arus emitor. Ini membantu menjaga tegangan emitor relatif stabil meskipun ada variasi dalam karakteristik transistor.
Selain itu, konfigurasi pengikut emitter tidak memberikan gain tegangan (penguatan tegangan), tetapi memberikan gain arus (penguatan arus). Dengan kata lain, tegangan output (tegangan emitor) hampir sama dengan tegangan input (tegangan basis), tetapi arus yang disediakan ke beban jauh lebih besar daripada arus yang masuk ke basis. Ini membuatnya sangat berguna dalam aplikasi di mana sinyal harus diperkuat dalam hal arus, bukan tegangan.
Dalam rangkaian praktis, bias pengikut emitter sering digunakan dalam tahap akhir dari penguat sinyal audio atau RF, di mana sinyal harus diberikan ke beban dengan impedansi rendah tanpa mengubah amplitudo tegangan secara signifikan. Ini juga digunakan dalam rangkaian logika dan rangkaian penyesuaian impedansi untuk memastikan bahwa sinyal dapat ditransfer dengan efisien antara berbagai tahap rangkaian.
Secara keseluruhan, bias pengikut emitter adalah metode yang efektif dan andal untuk mengatur tegangan dan arus dalam rangkaian transistor, dengan banyak aplikasi praktis yang memanfaatkan keunggulannya dalam stabilitas dan penyesuaian impedansi.
8. Relay
Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan merupakan komponen Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian utama yakni Elektromagnet (Coil) dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip Elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil (low power) dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Pada dasarnya, Relay terdiri dari 4 komponen dasar yaitu :
- Electromagnet (Coil)
- Armature
- Switch Contact Point (Saklar)
- Spring
Berikut ini merupakan gambar dari bagian-bagian Relay :
Kontak Poin (Contact Point) Relay terdiri dari 2 jenis yaitu :
- Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi CLOSE (tertutup)
- Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi OPEN (terbuka)
Berdasarkan gambar diatas, sebuah Besi (Iron Core) yang dililit oleh sebuah kumparan Coil yang berfungsi untuk mengendalikan Besi tersebut. Berdasarkan penggolongan jumlah Pole dan Throw-nya sebuah relay, maka relay dapat digolongkan menjadi :
- Single Pole Single Throw (SPST) : Relay golongan ini memiliki 4 Terminal, 2 Terminal untuk Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
- Single Pole Double Throw (SPDT) : Relay golongan ini memiliki 5 Terminal, 3 Terminal untuk Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
- Double Pole Single Throw (DPST) : Relay golongan ini memiliki 6 Terminal, diantaranya 4 Terminal yang terdiri dari 2 Pasang Terminal Saklar sedangkan 2 Terminal lainnya untuk Coil. Relay DPST dapat dijadikan 2 Saklar yang dikendalikan oleh 1 Coil.
- Double Pole Double Throw (DPDT) : Relay golongan ini memiliki Terminal sebanyak 8 Terminal, diantaranya 6 Terminal yang merupakan 2 pasang Relay SPDT yang dikendalikan oleh 1 (single) Coil. Sedangkan 2 Terminal lainnya untuk Coil.
Kata buzzer sebetulnya berasal dari Bahasa Inggris, artinya bel, lonceng, atau alarm. Sedangkan pengertian buzzer secara harfiah adalah alat yang digunakan untuk atau dimanfaatkan untuk menyampaikan dan menyebarluaskan pengumuman. Jadi pada bagian ini buzzer digunakan sebagai output yaitu sebagai penanda atau sebagai bel peringatan.
10. Logic state
Gerbang Logika (Logic Gates) adalah sebuah entitas untuk melakukan pengolahan input-input yang berupa bilangan biner (hanya terdapat 2 kode bilangan biner yaitu, angka 1 dan 0) dengan menggunakan Teori Matematika Boolean sehingga dihasilkan sebuah sinyal output yang dapat digunakan untuk proses berikutnya.
Input dan Output pada Gerbang Logika hanya memiliki 2 level. Kedua Level tersebut pada umumnya dapat dilambangkan dengan :
- HIGH (tinggi) dan LOW (rendah)
- TRUE (benar) dan FALSE (salah)
- ON (Hidup) dan OFF (Mati)
- 1 dan 0
7 jenis gerbang logika :
- Gerbang AND : Apabila semua / salah satu input merupakan bilangan biner (berlogika) 0, maka output akan menjadi 0. Sedangkan jika semua input adalah bilangan biner (berlogika) 1, maka output akan berlogika 1.
- Gerbang OR : Apabila semua / salah satu input merupakan bilangan biner (berlogika) 1, maka output akan menjadi 1. Sedangkan jika semua input adalah bilangan biner (berlogika) 0, maka output akan berlogika 0.
- Gerbang NOT : Fungsi Gerbang NOT adalah sebagai Inverter (pembalik). Nilai output akan berlawanan dengan inputnya.
- Gerbang NAND : Apabila semua / salah satu input bilangan biner (berlogika) 0, maka outputnya akan berlogika 1. Sedangkan jika semua input adalah bilangan biner (berlogika) 1, maka output akan berlogika 0.
- Gerbang NOR : Apabila semua / salah satu input bilangan biner (berlogika) 1, maka outputnya akan berlogika 0. Sedangkan jika semua input adalah bilangan biner (berlogika) 0, maka output akan berlogika 1.
- Gerbang XOR : Apabila input berbeda (contoh : input A=1, input B=0) maka output akan berlogika 1. Sedangakan jika input adalah sama, maka output akan berlogika 0.
- Gerbang XNOR : Apabila input berbeda (contoh : input A=1, input B=0) maka output akan berlogika 0. Sedangakan jika input adalah sama, maka output akan berlogika 1.
11. Dioda
- Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan di library proteus
- Susunlah alat dan bahan tersebut seperti gambar di bawah ini
- Resistor yang digunakan ada diberi hambatan 220k, 100k, 10k, 220 dan 200.
- Baterai yang digunakan diberi tegangan yaitu 12V.
- Power yang digunakan diberi tegangan yaitu 9V dan 7V.
- Buzzer yang digunakan diberi tegangan 12V
- Relay yang digunakan diberi tegangan 5V.
- Setelah semua komponen terangkai, maka cobalah untuk menjalankannya.
- Jalankan sensor Flame , Pir, Vibration dan mq-2 dengan menekan logicstate yaitu mengubah dari angka nol menjadi satu.
- Jika rangkaian benar, maka sensor flame, sensor mq-2 dan sensor Pir akan bekerja sehingga led menyala, buzzer berbunyi dan motor pun bergerak.
- Jika logicstatenya tidak dijalankan atau berlogika 0 maka motor tidak akan bergerak, led tidak menyala, dan buzzer tidak berbunyi.
1) Sensor Flame
Flame sensor adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan nyala api. Ini bekerja dengan cara menangkap radiasi cahaya yang dihasilkan oleh api. Ketika api menyala, sensor mendeteksi cahaya dari api tersebut dan mengubahnya menjadi sinyal listrik. Sinyal ini kemudian digunakan untuk memicu tindakan tertentu, seperti mematikan sistem pembakaran atau memberikan peringatan keamanan. Jadi, prinsip dasarnya adalah mendeteksi cahaya dari nyala api untuk mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan. untuk cara kerjanya dalam Sistem Kontrol Kebakaran sebagai berikut. Yang mana sensor ini berperan ketika adanya api akan membuat sensor ini ter Trigger yg ditandai dengan logika 1 dan melepaskan output ke Op-Amp yg dirangkai dengan konfigurasi Voltage Follower Amplifier yg mana V out = V in, dan Tegangan keluaran di umpankan ke kaki resistor dan lanjut ke kaki Basis.Dikarenakan Selisih tegangan di kaki basis dan emitor memenuhi syarat untuk transistor aktif, maka arus dari VCC akan mengalir ke Relay dan lanjut ke kaki collector dan keluar dari kaki emittor dan menuju resistor dan lanjut ke ground.Dikarenakan Arus Mengalir ke Relay dan Tegangan Pada relay >5 Volt maka switch akan menutup dan membuat Baterai Hidup dan menjalankan rangkaian output dari sensor yaitu LED dan Pompa Air.
2) Sensor Mq-2
MQ-2 menggunakan prinsip kerja resistansi semikonduktor yang berubah saat terpapar gas tertentu. Sensor ini terdiri dari elemen sensor gas, yang merupakan sebuah tabung logam berisi lapisan film semikonduktor. Ketika gas tertentu hadir di sekitar sensor, gas tersebut berinteraksi dengan film semikonduktor, mengubah resistansinya. Perubahan ini kemudian diukur dan diinterpretasikan untuk mendeteksi keberadaan gas. Pada Rangkaian sensor mq 2 berperan sebagai pendeteksi adanya gas.Sehingga sensor mendeteksi adanya gas, mq2 sensor akan aktif yg ditandai dengan logika 1,dan akan melepaskan output ke Op-Amp yg dirangkai dengan konfigurasi Non Inverting Amplifier yg mana V out = (Rf/Ri + 1 )V in, dan Tegangan keluaran di umpankan ke kaki resistor dan lanjut ke kaki Basis.Dikarenakan Selisih tegangan di kaki basis dan emitor memenuhi syarat untuk transistor aktif, maka arus dari VCC akan mengalir ke R14 berlanjut ke kaki basis, dan arus dari VCC juga menuju Relay dan lanjut ke kaki collector dan keluar dari kaki emittor dan lanjut ke ground.Dikarenakan Arus Mengalir ke Relay dan Tegangan Pada relay >5 Volt maka switch akan menutup dan membuat Baterai Hidup dan menjalankan rangkaian output dari sensor yaitu Buzzer,LED dan Pompa Penghisap.
3) Sensor Pir
PIR (Passive Infrared) sensor adalah jenis sensor yang digunakan untuk mendeteksi perubahan suhu yang dihasilkan oleh objek yang bergerak di area pendeteksian sensor. Sensor ini sering digunakan untuk deteksi gerakan manusia dalam aplikasi keamanan, otomatisasi, dan penghematan energi. Dalam Rangkaian Sistem Kontrol kebakaran ini,peranan dari sensor ini adalah mendeteksi orang-orang yg bergerak untuk keluar dari dapur,sehingga akan membukakan pintu. Untuk cara kerja dari sensor ini. Ketika Pir sensor ini Ter-Trigger maka sensor akan aktif yg ditandai dengan logika 1,dan akan melepaskan output ke Op-Amp yg dirangkai dengan konfigurasi Differential Amplifier yg mana V out = (R10/R1 )(V2-V1) , dan Tegangan keluaran di umpankan ke kaki resistor dan lanjut ke kaki Basis.Dikarenakan Selisih tegangan di kaki basis dan emitor memenuhi syarat untuk transistor aktif, maka arus dari VCC akan mengalir ke R20 berlanjut ke kaki basis, dan arus dari VCC juga menuju Relay dan lanjut ke kaki collector dan keluar dari kaki emittor dan lanjut ke ground.Dikarenakan Arus Mengalir ke Relay dan Tegangan Pada relay >5 Volt maka switch akan menutup dan membuat Baterai Hidup dan menjalankan rangkaian output dari sensor yaitu Motor Pembuka Pintu.
4) Sensor Suara
Sound sensor, juga dikenal sebagai sensor suara atau sensor mikrofon, adalah perangkat elektronik yang dirancang untuk mendeteksi keberadaan suara atau gelombang suara di lingkungannya. Sensor ini bekerja dengan cara mengonversi gelombang suara menjadi sinyal listrik yang dapat diolah oleh perangkat elektronik atau mikrokontroler. Pada Rangkaian, sensor Suara berperan sebagai pendeteksi adanya Suara Buzzer.Sehingga sensor mendeteksi adanya suara Buzzer, Sensor suara akan aktif yg ditandai dengan logika 1,dan akan melepaskan output ke Op-Amp yg dirangkai dengan konfigurasi Non Inverting Additive Amplifier yg mana V out = V1 = V2 , dan Tegangan keluaran di umpankan ke kaki resistor dan lanjut ke kaki Basis.Dikarenakan Selisih tegangan di kaki basis dan emitor memenuhi syarat untuk transistor aktif, maka arus dari VCC akan mengalir ke R13 berlanjut ke kaki basis, dan arus dari VCC juga menuju Relay dan lanjut ke kaki collector dan keluar dari kaki emittor dan lanjut ke ground.Dikarenakan Arus Mengalir ke Relay dan Tegangan Pada relay >5 Volt maka switch akan menutup dan membuat Baterai Hidup dan menjalankan rangkaian output dari sensor yaitu Motor Pembuka Jendela Darurat.
5) Sensor Suhu
Sensor suhu adalah perangkat elektronik yang digunakan untuk mengukur suhu di lingkungan tertentu dan mengubahnya menjadi sinyal listrik yang dapat diinterpretasikan oleh sistem elektronik atau mikrokontroler. Pada Rangkaian Sistem Kontrol Kebakaran ini, Sensor suhu adalah sebuah sensor Analog yg mana ketika sensor ini mendeteksi adanya kenaikan suhu diatas 60 derajat maka akan membuat output dari sensor yaitu melepaskan gas halogen akan ter aktifkan. Sistem Bekerja dengan aktifnya sensor ketika suhu diatas 60 derajat yg membuat tegangan input op amp juga akan ikut naik dan melebihi dari tegangan referensi sehingga akan mengeluarkan output positif yg diumpankan ke kaki resistor dan Dikarenakan Selisih tegangan di kaki basis dan emitor memenuhi syarat untuk transistor aktif, maka arus dari VCC menuju Relay dan lanjut ke kaki collector dan keluar dari kaki emittor dan lanjut ke ground.Dikarenakan Arus Mengalir ke Relay dan Tegangan Pada relay >5 Volt maka switch akan menutup dan membuat Baterai Hidup dan menjalankan rangkaian output dari sensor yaitu Motor Penyemprot gas Halogen. ketika suhu dibawah 60 maka tegangan input juga ikut menurun dan mebuat tegangan input lebih kecil dari pada tegangan referensi, yg menyebabkan V out nya bernilai negatif dan menonaktifkan transistor sehingga arus dari vcc tidak mengalir dan membuat rangkaian output sensor tidak berjalan.
Download Video Simulasi Rangkaain TB Kontrol Kebakaran di Dapur klik disini
Download Video klik disini
Download HTML klik disini
Download Library Sensor Flame klik disini
Download Library Sensor Gas klik disini
Download Library Sensor PIR klik disini
Download Library Sensor Suara klik disini
Download Datasheet Baterai klik disini
Download Datasheet flame sensor disini
Download Datasheet pir sensor Di sini
Download Datasheet Sensor Suara klik disini
Download Datasheet resistor klik disini
Download Datasheet Relay klik disini
Download Datasheet Diode klik disini
Download Datasheet Op Amp klik disini
Download Datasheet Motor klik disini
Download Datasheet Buzzer klik disini
Download Datasheet DC Voltmeter klik disini
Komentar
Posting Komentar